Mitos sungai Brantas yang membuat anda berfikir dua kali untuk melewatinya.
Sumber gambar : www.merdeka.com |
Sungai Brantas memiliki panjang 320 km. Tak ayal, bila sungai ini mendapatkan gelas sungai terpanjang ke dua setelah sungai bengawan Solo dengan panjang 600 km. Sungai Brantas bermata air di Malang, kemudia melewati beberapa daerah, mulai dari Blitar, Tulungagung, Kediri, Jombang, Mojokerto, dan bermuara di Surabaya.
Disepanjang aliran sungai, ternyata terdapat banyak mitos yang membuat bulu kudu menjadi berdiri. Tanpa panjang lebar, berikut mitos-mitos sepanjang aliran sungai brantas.
Baca juga : Tarian Ghaib Yang Berasal Dari Indonesia
Seseorang pemimpin yang melewati sungai Brantas akan kalah.
Sumber gambar : www.ceritacangkulil.blogspot.com |
Konon, bila ada seorang pemimpin yang melewati sungai Brantas, dia akan kalah dan lengser dari kursi jabatan. Mitos ini muncul ketika ada seorang pemimpin dari barat atau sebaliknya, menyebrang untuk melawan musuh. Alhasil, pemimpin itu kalah. Mitos ini cepat berkembang, seperti sebuah virus flu burung yang menjangkiti unggas. Bahkan, seorang kepala negara, jika melewati sungai Brantas, maka dia akan kalah dalam adu politik dan lengser dari kursi panas.
Legenda nama Brantas.
Dulu ada sebuah kerajaan besar di jawa timur, yaitu kerajaan Kahuripan dengan raja besarnya prabu Airlangga. Waktu itu, saat prabu Airlangga sudah tidak kuat menjadi seorang raja. Prabu Airlangga menyerahkan tahta kerajaan ke putrinya yang bernama Sanggramawijaya. Akan tetapi putri Sanggramawijaya menolak untuk menggantikan posisi ayahandanya. Karena putri Sanggramawijaya ingin menjadi pertapa, dan tidak berkeinginan menjadi seorang raja.
Kemudian, prabu Airlangga menemui kedua putrinya yang berada di Selir. Mereka bernama Sri Samarawijaya dan Mapanji Garasakan. Namun, prabu Airlangga kebinggungan untuk memilih kedua putrinya itu. Akhirnya prabu Airlangga menemui Empu Baradha dan menyuruh empu Baradha pergi ke Bali. Prabu memerintahkan empu Baradha mengambil kerajaan ayahanda prabu Airlangga di Bali. Akan tetapi, kerajaan itu sudah diambil oleh adiknya prabu Airlangga.
Untuk menghindari pertumpahan darah, akhirnya prabu Airlangga membagi dua kerajaan Kahuripan. Untuk menjalankan perintah prabu Airlangga, empu Baradha terbang dengan membawa kendi atau teko yang terbuat dari tanah liat dan berisi air. Empu Baradha menumpahkan air kendi tepat di tengah-tengah kerajaan Kahuripan.
Anehnya, air yang kendi yang mengenai permukaan tanah menjadi sebuah sungai. Sungai itu semakin besar, dan airnya semakin deras pula. Kemudian sungai tersebut dinamakan sungai Brantas.
Bagian timur milik Mapanji Garasakan yang kemudian menjadi kerajaan Jenggala. Sedangkan sisi barat diberikan ke Sri Samarawijaya, yang kemudian kerajaannya bernama kerajaan Panjalu atau Kediri.
Keberadaan buaya putih sebagai penunggu sungai Brantas.
Sumber gambar : www.spot-misteri.blogspot.com |
Mitos ini simpang siur di masyarakat Kediri. Konon, ada sebuah buaya putih di sekitar jembatan lama Kediri, dan kerap menenggelamkan orang. Ternyata Mitos ini berkembang sejak zaman kolonial Belanda saat pembangunan jembatan lama Kediri 1836-1876. Tidak hanya itu, mitos ini sudah sejak kerajaan kuno Kediri. Karena aliran air sungai digunakan oleh empu Sindok pada zaman Mataram Hindu, mempunyai penunggu buaya putih dan selalu meminta korban.
Itu tadi mitos-mitos yang berada di sepanjang aliran sungai Brantas.
Sumber : berbagai sumber.
Baca Artikel Lain : Ilmu Hitam Paling Berbahaya Di Indonesia
loading...
0 Response to "Mitos sungai Brantas yang membuat anda berfikir dua kali untuk melewatinya."
Post a Comment